TANGERANG, BINGKAIKOTA.COM- Toilet Training adalah suatu proses anak belajar untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) di toilet selayaknya orang dewasa. Dalam melakukan toilet training pada anak, banyak hal yang perlu disiapkan, salah satunya adalah kesiapan orang tua dan anak. Kesiapan untuk melakukan toilet training ini harus dilakukan kedua belah pihak baik orang tua maupun anak karena toilet training merupakan hal yang besar dalam perjalanan hidup anak, dan dengan toilet training diharapkan dapat melatih kontrol atas dirinya sendiri dan kemandirian diri.
Psikolog anak RS Sari Asih Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Belinda Agustya Pawidya Putri, M.Psi., Psikolog, menjelaskan, bahwa toilet training adalah salah satu fase penting bagi anak. “Saat anak mulai untuk melakukan toilet training, pada momen ini anak di minta untuk berlatih kontrol diri dan menjadi mandiri, sehingga kelak anak dapat meningkatkan kepercayaan dirinya,” ujar Belinda.
Disebutkan Belinda, idealnya toilet training pada anak dapat dilakukan sejak usia 18 bulan sampai dengan usia 30 bulan atau kurang dari 3 tahun. Usia ini dianggap paling ideal untuk mulai toilet training karena di usia ini anak dalam fase mampu belajar dengan sangat cepat, sehingga ia akan dengan mudah menerima instruksi dari orang tua dengan baik.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kesiapan anak dalam menghadapi toilet training. Kesiapan ini dapat di lihat seperti anak mulai menunjukkan kebutuhan akan private space atau ruang pribadi untuk buang air, contohnya anak akan pergi ke pojok ruangan untuk buang air.
Anak juga bisa mulai menunjukkan kemampuan untuk meniru dan daya tangkap seperti anak mampu menerima instruksi dari orang tua, menerima dan mengikuti arahan orang tua. Anak juga dapat menunjukan kemampuan untuk tertarik dalam kegiatan toiletting yang dilakukan orang tuanya, seperti penasaran ingin tahu apa yang dilakukan orang tua dalam toilet.
“Kesiapan secara fisik yang menunjukkan anak untuk melakukan toilet training antara lain anak sudah mampu menurunkan celananya dengan minimum bantuan orang lain, anak menunjukkan ketidak nyamanan dalam menggunakan popok dan anak sudah dapat menunjukkan rasa lapar, haus dan emosi atau tantrum karena ada hal lain yang membuatnya tidak nyaman,” sebutnya.
Lebih jauh, Belinda Agustya, M.Psi, Psikolog, kegiatan toilet training ini bisa dimulai pada siang hari dan dimulai pada hari-hari tertentu seperti akhir pekan. Orang tua butuh komitmen dan konsistensi dalam mulai melakukan toilet training pada anak. Bila sewaktu-waktu anak pergi keluar rumah, orang tua tidak perlu memaksakan diri toilet training tetap dijalankan, anak bisa tetap dipakaikan popok atau bisa dengan diajak ke toilet terlebih dahulu saat sampai di tempat tujuan. Hal ini perlu dilakukan perlahan-lahan supaya anak terbiasa dengan buang air pada toilet seperti halnya yang ia lakukan di rumah.
Banyak orang tua yang masih bertanya-tanya bagaimana untuk toilet training pada malam hari. Hal ini menjadi hal yang cukup mengkhawatirkan bagi orang tua karena banyak anak yang mengompol pada malam hari. Psikolog anak, Belinda Agustya mengatakan hal ini dapat dilakukan secara bertahap setelah anak sudah stabil melakukan toilet training pada siang hari.
“Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mulai toilet training di malam hari antara lain dengan memastikan berapa banyak intake anak yang diminum sebelum tidur, kalau minum terlalu banyak anak bisa kembali ngompol. Lalu orang tua juga bisa melatih anak untuk buang air sebelum tidur malam dan juga membangunkan anak ditengah malam untuk buang air,” tambahnya.
Banyak yang masih dipertanyakan oleh orang tua bagaimana mengatasi anak yang masih suka bocor padahal sudah melakukan toilet training. Menurutnya hal ini menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua karena pemakaian popok menciptakan kenyamanan pada anak, anak merasa tidak perlu tergesa ke kamar mandi untuk buang air. Orang tua harus mulai mencoba melatih anak untuk mamakai celana dalam agar anak terbiasa dengan tekstur celana dalam. Orang tua juga perlu menciptakan suasana yang nyaman untuk anak melakukan kegiatan toiletting di toilet, seperti menaruh buku, stiker atau mengajak anak berimajinasi dengan hal hal yang ada di toilet.
“Ingat, toilet training ini harus menjadi hal yang menyenangkan bagi anak sehingga anak menjadi enjoy dalam menjalaninya. Orang tua harus punya keyakinan yang kuat bila anaknya mampu melakukan toilet training. Melatih anak mengguakan toilet dengan baik dan benar butuh kesabaran. Jadi jangan paksakan anak untuk melakukan hal yang belum ia mau. Besabarlah sampai anak benar benar terbiasa tanpa popoknya,” tegasnya.
Nah, kini Anda sudah mengetahui hal hal penting dalam mengajarkan anak toilet training. Konsultasikan anak dengan psikolog anak bila terjadi hal hal diluar normal, seperti anak berusia diatas 4-5 tahun tapi masih sering bocor atau toilet training masih dilakukan. Hal ini pastinya perlu di evaluasi terkait penyebab dan solusi kedepannya. Jangan memaksakan anak untuk mampu dan berhasil dalam sekali waktu. Jika anak belum mau dilatih, jangan paksa anak karena dapat membuat stress. Selamat mencoba! (RZ)
Tidak ada komentar